Cengkih Sulut Sangat Sulit Diekspor

Cengkih Sulut Sangat Sulit Diekspor


Petani cengkih di Tondano menjemur bunga cengkih.

TRIBUN, MANADO - Produksi cengkih dari Sulawesi Utara (Sulut) masih sangat sulit diekspor, selain karena belum ada pasar menjanjikan di negara luar, pasokan ke pabrik rokok di Indonesia belum terserap dengan baik.

"Produksi cengkih di Sulut saat panen raya hanya sekitar 80 ribu ton, sementara kebutuhan pabrik rokok di Sulut sekitar ratusan ribu ton," kata Asisten II Bidang perekonomian Pemprov Sulut, Gemmy Kawatu, di Manado, Rabu (10/3/2010).

Sebagian besar produksi cengkih di Sulut dan beberapa daerah lainnya masih dikonsumsi secara nasional, baik itu datang dari perusahaan rokok maupun pihak farmasi untuk dijadikan obat-obatan.

Khusus kebutuhan farmasi sangat kecil sekitar 20 persen permintaan dari total produksi, atau lebih besar datang dari pabrik rokok.

"Hanya saja kalau ada permintaan pasar dunia terhadap produksi cengkih dari Sulut, kenapa kita tidak manfaatkan," katanya.

Peluang ekspor cengkih dinilai masih sangat kecil kemungkinan terjadi, karena sejumlah pabrik rokok bahkan melakukan kegiatan impor dari beberapa negara di dunia.

Sementara itu, upaya lobi Pemprov Sulut dengan pihak Gabungan Pengusaha Rokok Indonesia (GAPRI) soal penetapan harga jual cengkih agar tidak jatuh dibawah harga Rp40 ribu per kg, sudah diserahkan sepenuhnya kepada Kementerian Perdagangan.

"Kami harapkan lobi Pemprov Sulut benar-benar dimanfaatkan dengan baik oleh GAPRI dan Kementerian Perdagangan, sehingga petani bisa dapat untung secara ekonomis," ujarnya.