rosian rosian
Jumlah posting : 49 Join date : 22.01.08 Age : 75 Lokasi : Jakarta
| Subyek: In Memorium M Iqbal Assegaf bgn 1 Wed Mar 05 2008, 13:24 | |
| In Memorium : M Iqbal AssegafM Iqbal AssegafNama : Drh. Muhammad Iqbal Assegaf Tempat Tgl. Lahir : Kampung Bajo, Bacan, Maluku Utara 12 Oktober 1957 Istri : Rahma Muhammad, SH Anak : 1. Ahmad Mushaddiq (Dicky) Lahir pada tanggal 7 Desember 1988 2. Maryam Shahnaz Diena (Dina) Lahir 14 November 1991 3. Sharah Shahnaz Ilma (Sarah) Lahir 17 Agustus 1993 4. Hadijah Shahnaz Fitrah (Dijah) Lahir 30 Januari 1997 5. Arfah Shahnaz Qubra (Arfah), lahir 6 april 1998 Pendidikan : 1. SD Islamiyah I Ternate dan Madrasah Diniyah Awwaliyah Al-Khairatri 1966 - 1972 2. SMP Negeri Ternate 1972 - 1974 3. SMA Negeri I Ternate 1974 -1977 4. Institut Pertanian Bogor 1977 - 1986 Kursus / Penataran : 1. Berbagai kursus kepemimpinan mahasiswa 1979-1982 2. Penataran Penyuluhan Kesehatan bagi Tokoh Pemuda DPP KNPI-Depkes 1986 3. Penataran Kader KB bagi Tokoh Pemuda (BKKBN) 1986 4. Tarpadnas Pemuda V diselengarakan oleh Menpora-Lemhanas 1990 5. Penataran Jurkam Golkar 1992 Pengalaman organisasi: 1. Ketua Osis SMP Negeri Ternate 1972 2. Ketua OSIS SMA Negeri I Ternate 1973 3. Badan Perwakilan Mahasiswa & Senat IPB 1981 - 1983 4. Ketua Umum Pengurus Cabang PMII Bogor 1981 - 1983 5. Ketua Umum PB PMII 1988 - 1991 6. Wakil Ketua Majelis Pemuda KNPI 1988 - 1990 7. Anggota Delegasi Pemuda Indonesia pada American Federalism and Youth Leadership di USA 1989 8. Peserta Expo Meeting Asian Youht Council di Seoul Korea Selatan 1990 9. Ketua Umum GP Ansor 1995 - 2000 10. Anggota Pokja Hankam DPP Golkar 1989 - 1993 11. Anggota Tim Asistensi DPP Golkar 1994 - 1997 Pengalaman Kerja : 1. Guru Matematika SMA 3 dan SMA Yayasan Pendidikan 17 Bogor 1982 - 1984 2. Asisten Dosen IPB 1982 - 1986 3. Staf Marketing dan Technical Service di perusahaan PT. Gold Coin, Jakarta 1986 - 1987 4. Marketing dan Technical Service di PT. Yunawaty   Jakarta 1988 - 1990 5. Executive Manager di Pr. Trimuda Jaya Perdana Jakarta 1990 - 1993 6. Direktur Utama PT. Shahnaz Swa Mandiri 1993 - 1999 7. Anggota Komisi I DPR-RI Periode 1998 - 2003 DARI LABUHA KE AKTIFIS PEMUDA Saya sempat mempunyai persepsi yang miring terhadap Iqbal karena adanya persepsi negatif yang berkembang tentang dirinya. Gara-gara persepsi negatif itu, saya sempat tidak merestui pencalonannya sebagai ketua umum Ansor. Tapi persepsi negatif itu tidak berjalan lama . Sebab, begitu jadi orang nomor satu di Ansor, Iqbal mampu membuktikan bahwa anggapan minor terhadap dirinya itu tidak benar. Dan itulah kelebihan Iqbal. Jadi saya minta anak-anak Ansor untruk meneladaninya. Kematian, siapakah yang dapat menebak kapan datangnya ? Tidak seorangpun, tidak siapapun. Ia, seperti kata Jean Paul Sartre, pemikir Prancis, itu adalah sebuah piringan hitam yang pecah sekaligus sebuah kehidupan yang lengkap . Demikian , ketika suatu sore, disenja Jakarta yang basah, kematian itu tiba- tiba datang membawa kabar berpulangnya sahabat Muhammad Iqbal Assegaf. Kami terhenyak. Kabar itu sulit sekali dipercaya karena tidak seorang dari kami, sahabat- sahabatnya, pernah menduga dihadapkan pada kenyataan yang menyesakkan dada itu. Sore itu, Sabtu, 13 Februari 1999, ketika sahabat-sahabat Ansor sedang melaksanakan Program Pelatihan Pekerja Terampil ( P3T) diGraha Wisata Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta, kabar duka itu datang mengusung awan hitam diatas kepala kami. Seseorang datang dari rumah sakit Islam Jakarta memberi tahu bahwa ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor, Drh. Muhammad Iqbal assegaf, anggota FKP DPR RI, mengalami kecelakaan dipintu tol Plumpang, Jakarta Utara dan meninggal dunia beberapa saat kemudian. Kabar yang mengejutkan itu serta merta membuat pelatihan langsung ditutup. Seluruh peserta pelatihan bersama-sama langsung menjenguk kerumah sakit. Tapi itulah rupanya kesempatan terakhir sahabat-sahabat Ansor untuk bertemu dengan Iqbal. Kecelakaan dipintu keluar tol Cawang - Tanjung Priuk itu bukan saja menyebabkan mobil BMW biru tua B 63 RI yang dikemudikan Iqbal ringsek, tapi juga mencedrai nyonya Rahma Muhammad, SH Isterinya bahkan menyebabkan menyebabakan Iqbal sendiri harus menghadap kepada Al khaliq, Allah subhanahu Wata’ala , sang maha pencipta. Hari itu, masih dalam suasana lebaran Iedul Fitri 1419 H, Iqbal bersama Istrinya berniat untuk menghadiri halal bil halal warga Maluku Utara di galanggang remaja Jakarta Utara. Dengan mengemudikan sendiri mobilnya, kkeduanya meluncur dijalan Ir. Wiyoto Wiyono Wiyono. Namun sesaat setelah keluar pintu Plumpang, mobilnya slip karena menghindari genangan air dan menabrak tembok pembatas jalan hingga menerobos masuk jalur jalan yang berlaawanan arah. Saat itulah sebuah mobil colt L 300 yang melaju kencang menabrak BMW yang dikemudikan Iqbal hingga bagian kanan BMW tersebut penyok dan Iqbal yang duduk dibelakang stir, terjepit. Menurut iryanto, saksi mata yang mengemudikan mobil sekitar 50 meter dibelakang mobil yang dikemudikan Iqbal, begitu melihat kecelakaan tersebut kemudian ia memberhentikan mobilnya dan segera memberikan pertolongan . Iryanto menuturkan , setelah kecelakaan hebat itu, Iqbal tampak masih bernapas dan sempat mengucapkan kalimat Syahadad. “Tetapi Kondisinya sudah sangat payah dan bebebrapa saat kemudian Iqbal menghebuskan nafasnya yang terakhir,” katanya. Sedangkan Rahma Muhammad Iqbal SH, Istrinya, menurut Iryanto, waktu itu masih sadarkan diri dan sempat berteriak meminta pertolongan . Beberapa orang kemudian membawa Iqbal kerumah sakit Islam Cempaka Putih, Jakarta. Selanjutnya Iqbal dibaawa kerumah sakit Cipto Mangunkusumo untuk di otopsi. Dari rumah sakit Cipto Jenazah Iqbal lalu dibawa kerumah duka untuk dimandikan dan dishalatkan. Jenazah iqbal lalu dimakamkan dipemakaman keluarga Al Hadad, kalibata Jakarta Selatan dalam sebuah upacara sederhana yang dihadiri keluarga, kerabat , teman teman dan sahabat Pemuda Ansor dan Banser DKI Jakarta. Inna Lillahi Wainna Ilaihi Raji’uun. Kematian itu, sungguh, meskipun setiap kita pernah menyaksikan musibah serupa, tapi saat ia datang menjemput sahabat Iqbal dalam usianya yang masih 42 tahun, sangat tak mudah untuk diterima begitu saja sebagai “suratan takdir” yang sudah digariskan oleh Allah SWT. Walaupun kita tahu Allah punya rencana sendiri terhadap semua hambaNya, namun taks erdikit sahabat-sahabat Ansor yang bertanya mengapa Allah begitu tega memanggil Iqbal pulang ke haribaanNya justru disaat ia sedang berada dipuncak penitian karirnya.Tak sedikit orang yang bahkan mencoba untuk meraba-raba rahasia Allah, sang maha pencipta itu. Mengapa Allah terlalu cepat memanggilnya justru ketika ia sedang berupaya membangun cita-cita luhurnya untuk keluarga, organisasi, bangsa dan negaranya ? Sampai hari ini tak seorangpun yang tahu apa jawabannya. Tak seorangpun yang bisa menebak rahasia semesta Allah sang Maha. Sebab hanya dialah yang tahu rahasia apa yang ada dibalik kehendakNya itu. Sedang kiata hanya dapat mengambil hikmahnya. Memetik pelajaran dari garis takdir yang sudah ditentukanNya. Tak terkecuali garis takdir yang ditetapkanNya terhadap sahabat M. Iqbal Assegaf, betapapu kita semua menyesali kepergianNya .
LAHIR DARI DARAH PEJUANG
Lahir dikampung Bajo, sebuah desa terpencil dipulau Bacan kab Maluku Utara pada pada tanggal 12 oktober 1957, Iqbal adalah anak keempat dari duabelas orang bersaudara yang semuanya laki-laki. Kedua orang tuanya, Bapak Husein Ahmad Assegaf dan Ibu Rawang Abdullah Kamarullah, adalah orang desa yang hidup sangat sederhana namun sangat dihormatioleh pendududk desa . Ayahnya selain berpengetahuan agama yang cukup luas, adalah keturunan langsusng dari Habib Umar Assegaf, adalah seorang pejuang kemerdekaan keturunan arab yang berasal dari Palembang dan menikah dengan Raden Ayu Azimah, Putri sultan Badaruddin II. Kira kira pada awal abad ke20. Habib Umar Assegaf yang berjuang bersama Sultan Badaruddin II melawan kolonialis Belanda, tertangkap dan keduanya kemudian dibuang ke Tondano. Dari perkawinan Habib Umar dengan Raden Ayu Azimah ini lahirlah Abdullah Assegaf yang kemudian menikah dengan seorang wanita keturunan Belanda bernama Meyers dan dikaruniai empat orang anak. Ketika Ny. Meyers meninggal dunia, Abdullah Assegaf menikah lagi dengan seorang wanita setempat yang masih memiliki hubungan darah dengan kyai Mojo, salah seorang Pengikut perang Pangeran diponegoro yang tertangkap oleh Belanda dan dibuang ke Tondano. Keturunan kyai Mojo di Tondano inilah yang kemudian dikenal sebagai keturunan Suratinoyo. Dan Abdullah Assegaf menikahi salah seorang perepuan dari Suratinoyo. Lalu dari perkawinannya dengan putrid dari Suratinoyo inilah lahir kakek Iqbal, yaitu Habib Ahmad Assegaf. Ismed Al-Hadar, sepupu dasn teman dekat Iqbal menuturkan, kalau melihat dari silsilah itu, maka keluarga Iqbal adalah keluarga yang memiliki darah pejuang. Ismet menuturkan, seorang sepupu Iqbal yang lain, yakni Arifin Assegaf, pernah masuk penjara karena terlibat dalam pemeberontakan permesta. Lalu keluarga-keluarga dari sebelah ibu, yang merukan sepupu dua kali dari Iqbal, adalah juga penulis dan pembela-pembela Islam yang konsisten. Bahkan kakak kandung Iqbal sendiri, Ridwan assegaf, menurut Ismet, adalah seorang aktifis yang meninggal secara misterius dalam sebuah kecelakaan diSurabaya. Menurut Ismet, secara pribadi dia memang tidak pernah bertemu dengan ayah Iqbal.”Tapi dari pembicaraan orang, saya tahu ayah Iqbal adalah seorang yang cukup pintar dan banyak membaca,” tambahnya. Oleh karena itu, kata Ismet, jika Iqbal memiliki kemampuan Intelektual yang cukup baik dan keberanian yang cukup besar sebagai aktifis, sesungguhnya itu disebabkan karena tradisi sebagai pejuang dan pemikir itu sejak lama tumbuh didalam keluarganya. “Buktinya, nama Muhammad Iqbal yang diberikan ayahnya itu menunjukkan bahwa ayahnya waktu itu sudah mengetahui dan mungkin menjadi pengagum penyair besar asal Pakistan tersebut. Lalu anaknya yang lain, salah seorang adik Iqbal, juga diberi nama Ibnu Khaldun adalah pemikir besar Isalam,” kata Ismet. Tahun 1988 Iqbal mewnikah dengan Rahma Muhammad, SH, gadis yang sudah dikenalnyasejak ia masih duduk dibangku SMP. “Tapi waktu itu kami kami hanya sekedar kenal saja. Saya lalu ke Jakarta dan baru pada tahun 1983 kami pernah bertemu sekali lagi,” ujar Rahma. Menurut Rahma, barulah pada tahun 1984, dalam sebuah acara di rumah Fadel Muhammad, mereka kembali bertemu dan benar-benar berhubungan secara serius. Pertemuaan dirumah Fadel itulah yang kemudian membawa keduannya menikah di Jakarta pada 6 Maret 1988. Sampai akhirnya Iqbal menutup mata untuk selama-lamanya, perkawinan itu telah membuahkan lima orang putra-putri. Yang terbesar adalah Ahmad Mushaddiq (Dicky), seorang putra yang lahir pada tanggal 7 Desember 1988. Empat anaknya yang lain adalah wanita, yakni; Maryam Shahnaz Diena (Dina), lahir 14 November 1991, Sharah Shahnaz Ilma(Sarah), lahir 17 Agustus 1993, Hadijah Shahnaz Fitrah (Dijah), lahir 30 Januari 1997 dan Arfah Shahnaz Qubra (Arfah), lahir 6 april 1998 Ketika Iqbal diantar ayahnya ke Ternate, ia masih duduk dibangku kelas empat SD. Kepindahan Iqbal dari Bajo ke ternate, kemungkinan besar disebabkan oleh kekhawatiran ayahnya terhadap rendahnya kualitas pendidikan di Bajo saat itu. Kekhawatiran itu memang terbukti. Di sekolah barunya, SD Islamiyah I Ternate, Iqbal akhirnya tidak naik kekelas lima. “Tapi dia tidak naik bukan karena murid yang bodoh. Dia tidak naik kelas semata-mata karena pelajarannya ketika masih di Bajo sangat ketinggalan,” ujar Ismet. Di Ternate Iqbal tinggal dirumah Ali Agiel, suami adfik ayahnya. Ali Agiel atau yang suka dipanggilnya Aba Ye inilah yang menjadi ayah angkat Iqbal selama ia tinggal di Ternate hingga ia menamatkan SMAnya. Menurut penuturan Aba Ye,dia sendiri heran mengapa Iqbal memilih tinggal di rumahnya padahal banyak familinya di kota itu. “Tapi waktu orang tuanya mengantarkan Iqbal ketempat saya, kami sekeluarga ikhlasmenerimanya. Saya sendiri merawatnya dengan baik seperti merawat anaksaya sendiri,” ujar Aba Ye. Di Ternate dipagi hari Iqbal masuk sekolah umum di SD Islamiyah dan siang harinya ia sekolah agama dimadrasah Diniyah Awwaliyah Al- Khairat.Ada cerita menarikdari masuknya Iqbal ke madrasah Al Khairat ini. Karena di SD Islamiyah itu masuk pagi, siang harinya ia suka main ke madrasah dan suka mengintip anak- anak yang belajar lewat jendela kelas. Iqbal sangat ingin belajar dimadrash itu tapi dia tidak punmya uang. Hampir setiap hari Iqbal main kemadrasah tersebut. Tapi dia dapat mengintip murid- murid yang sedang belajar dari balik jendela kelas. Suatu hari seorang guru memberikan pelajaran “nahwu” dan mengajukan pertanyaan pada murid-murid yag sedang belajar dikelas itu. Tak ada seorang murid yang bisa menjawab pertanyaan tersebut. Tapi Iqbal dari balik jendela kelas, tanpa malu-malu menjawab pertanyaan guru tersebut. Jawaban Iqbal rupanya membuat guru madrasah tersebut tertarik. Ia lalu mengajak Iqbal Masuk kedalam kelas. Sejak itu Iqbal bahkandibolehkan menjadi murid di madrasah tersebut. Bukan main senang hati Iqbal. Ia langsung masuk kemadrasah itu dan langsung duduk dikelas dua. Setelah catur wulan pertama, tanpa mengikuti ujian akhir, Iqbal malah lompat kelas lagi kekelas tiga. Dimadrasah Al khairat ini pulalah bakat berpidato Iqbal mulai terlihat.Setiap kali ada lomba berpidato antar siswa, Iqbal selalu mengikutinyadan selalu tampil jadi juara. Aba Ye mengisahkan, pada waktu-waktu luang, selain sekolah iapun mengajari Iqbal berdagang. “Kami punya usaha membuat roti, dan Iqbal aku suruh untuk menjual roti-roti itu,” katanya. Setiap hari, dengan membawa keranjang rotan berisi roti yang ditaruh belakang sepedanya, Iqbal mengayuh sepedanya keliling kota Ternate. “Saya senang karena dia tidak malu melakukan pekerjaan itu,”ujar Aba Ye. Dengan cara itu, ujar Aba Ye, Ia berharap agar Iqbal dapat memperoleh pelajaran berharga untuk masa depannya. “Supaya dia tahu mencari uang tidak mudah. Sebab tanpa bekerja seseorang tidak akan dapat berbuat banyak untuk hidupnya,”kata Aba Ye. Iqbal sendiri melakukan pekerjaan menjadi penjual roti itu sampai ia duduk dikelas tiga SMA.
....bersambung
| |
|