Admin Admin
Jumlah posting : 257 Join date : 22.01.08
| Subyek: Bakdo Katupat, Lambang Kerukunan Thu Sep 08 2011, 16:52 | |
| Bakdo Katupat, Lambang KerukunanProf Ishak Pulukadang Manado post, Rabu, 07 September 2011Serentak di beberapa wilayah di Sulut dan Gorontalo warganya merayakan sepekan Idul Fitri dengan berlebaran ketupat. Dipelopori masyarakat Jawa-Tondano (Jaton). Populer dengan nama Hari Raya Ketupat, oleh masyarakat Jaton dinamakan Bakdo Katupat.
Istilah Sejak abad ke-19 di Kampung Jaton, Tondano, Minahasa dikenal adanya perayaan ketupatan yang populer disebut Bakdo Katupat (Hari Raya Ketupat). Istilah Katupat ada yang mengatakan berasal dari bahasa Jawa Kupat yang artinya anyaman dari daun kelapa muda yang dianyam dalam berbagai bentuk seperti jantung, panggang, dan bawang. Anyaman ini kemudian digunakan untuk tempat membuat nasi, baik dalam bentuk Ketupat Karengan (Putih) maupun Katupat Ketan.
Kebiasaan membuat ketupat ini dibawa oleh Kiay Modjo yang bernama asli Kyai Muslim Muhammad Halifah dan pengikutnya, sebagai tawanan perang (Java War) tahun 1825-1830 yang diasingkan penjajah Belanda di Tondano tahun 1829/1830.
Di Jawa sendiri membuat ketupat di saat Idul Fitri. Tetapi di Tondano, mulanya dijadikan sebagai perayaan berakhirnya puasa sunat bulan Syawal (sehari sesudah Idul Fitri sampai tanggal 6 Syawal) yang kebanyakan hanya diikuti oleh para orang tua. Pada hari ketujuh bulan Syawal itulah yang disebut dengan Hari Raya Ketupat atau Bakdo Katupat.
Makna Mulanya selain sebagai perayaan berakhirnya puasa sunat bulan Syawal, juga dimaksudkan sebagai forum silaturahmi antar masyarakat Jaton di Kampung Jawa Tondano Minahasa.
Forum silaturahmi masyarakat Jaton ini tidak berarti hanya antara masyarakat Islam di kampung Jawa dan sekitarnya, tetapi antarkeluarga besar masyarakat Jaton di Kecamatan Tondano dan Kecamatan Airmadidi serta berbagai keturunan masyarakat Jaton yang telah kawin mawin dengan Tou (orang) Minahasa dari berbagai sub etnik, baik yang beragama Islam maupun yang beragama Kristen.
Oleh karena itu sejak lama Bakdo Ketupat ini telah menjadi forum silaturahmi tidak saja antarmasyarakat Jaton, tetapi antar masyarakat sekitarnya dan dari berbagai desa, kelurahan, dan daerah.
Membina Kerukunan Untuk diketahui, Forum Bakdo Katupat ini sejak pengikut Kiay Modjo kawin mawin dengan Keke (perempuan) Minahasa yang merupakan keturunaan Dotu Rumbayah, Dotu Tombokan, Dotu Tumbelaka dll. Hal ini ada surat keterangan resmi dari W.R. Tumengkol mantan Hukum Tua (Kepala Desa) Tumengkol. Bakdo Ketupat telah dijadikan sarana untuk membina kerukunan dengan keluarga besar mereka .
Oleh karena itu tepat sekali bila ada semboyan Torang Samua Basudara (EE Mangindaan) dan Mari Torang Baku-baku bae deng Baku-baku Sayang (A.J. Sondakh) melekat di benak orang Jaton. Sehingga kalau ada yang bicara orang Jaton bukan orang Minahasa berarti ia tidak memperlajari sejarah.
Apalagi data dari Depdikbud menegaskan, sejak 1911 orang Jaton telah diterima sebagai orang Minahasa. Kita juga patut merespons baik tulisan Deky Maengkom Komandan Brigade Manguni yang menulis tentang eksistensi Masyarakat Jaton Sebagai Orang Minahasa.
Meluas Bakdo Katupat ini telah menjadi forum silaturahmi dalam rangka mempererat persatuan dan kesatuan antarmasyarakat di Tondano (Minahsa Induk), Kema (Minahasa Utara), Saronsong (Tomohon), Bojonegoro (MInahasa Selatan), bahkan sudah meluas ke Manado (yang disponsori oleh Besari Maspekeh, Imam pertama Masjid Mahawu) Ichwan dan Kosio (Dumoga, Bolmong), Josonegoro, Reksonegoro dan Kaliyoso di Gorontalo.
Di Josonegoro (Kampung Jawa Gorontalo) perayaan Bakdo Katupat ini telah menjadi objek wisata tersendiri karena perayaannya dilakukan dengan berbagai acara seperti karapan sapi, pacuan kuda, dll. yang disponsori oleh Marthen Liputo, mantan Bupati Gorontalo yang sampai sekarang tiap tahun berlangsung.
Di kampung Jaton sendiri setiap tahun selalu dilakukan perayaan Bakdo Katupat ini yang diselingi dengan berbagai acara seperti pencak silat atau seni tradisional yang awalnya dilakukan oleh Persatuan Pemuda Pelajar dan Mahasiswa Jaton. Kemudian sekarang dilanjutkan oleh Paguyuban Pemuda Jaton dalam 5 tahun terakhir dengan melakukan acara resmi di halaman masjid Agung Al Falah Kiay Modjo, Jaton Minahasa.
Relevansi Perayaan Kakdo Katupat ini sangat relevan dengan tantangan bangsa sekarang ini yang sedang mengalami erosi kebangsaan akibat dari lemahnya pemahaman sejarah oleh generasi muda. Oleh karena itu diperlukan pemantapan wawasan kebangsaan dengan perlunya sosialisasi tentang sejarah kebangsaan yang sekaligus memaknai setiap nilai-nilai budaya yang menunjang wawasan kebangsaan.(Ketua Yayasan Tarbiyah Al-Falah Kyai Modjo Tondano). http://www.manadopost.co.id/index.php?mib=berita.detail&id=102524 | |
|