Admin Admin
Jumlah posting : 257 Join date : 22.01.08
| Subyek: Danau Tondano Keluarkan Gas Sat Nov 13 2010, 07:20 | |
| Danau Tondano Keluarkan GasTRIBUN MANADO/EDDY MESAKH Danau Tondano, Minahasa, Sulawesi Utara. Jumat, 12 November 2010 - Tribun ManadoTRIBUN, TONDANO - Fenomena kematian mendadak hampir 300 ton ikan di Danau Tondano beberapa hari terakhir diduga akibat aktivitas vulkanik gunung berapi. Dugaan tersebut didasarkan pada tingginya kandungan belerang yang umumnya ditemukan di sekitar Desa Kaweng dan Tolimembet.
Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Minahasa, Dolfie Wowiling saat melakukan peninjauan lokasi mengatakan, sempat melihat gelembung dipermukaan air. Lokasi keluarnya gelembung yang diyakini sebagai gejala keluarnya gas belerang dari dasar danau, tidak jauh dari tepi danau, atau tepat di sekitar lokasi jaring tancap milik warga. "Mungkin kejadian matinya ikan milik warga dikarenakan aktifitas vulkanik di daerah tersebut. Gelembung yang saya lihat berada di beberapa titik, namun kami tidak menyentuh apakah air itu hangat atau tidak," ujarnya. Camat Kakas, Dave Malonda mengungkapkan, gelembung gas belerang terlihat muncul di dua titik antara Desa Kaweng dan Desa Tolimembet. Menurutnya, gelembung ini muncul sekitar 10 menit, kemudian menghilang. "Memang ada cerita masyarakat yang berkembang sejak dahulu bahwa pegunungan Kaweng memiliki kawah yang ada didasar danau. Namun kebenarannya harus dibuktikan lebih dahulu," ujarnya. Ketua Pos Pengamatan Gunung Api Lokon dan Mahawu, Farid Ruskanda Bina, Kamis (11/11) mengatakan ribuan ikan yang mati di Danau Tondano bisa saja diakibatkan aktivitas gunung- gunung yang berada di sekitar danau tersebut. Namun untuk mengetahui hal tersebut lebih lanjut harus ada penelitian. "Kalau tidak salah Gunung Kaweng tersebut masuk dalam kategori Gunung Api Kategori C. Artinya, tidak pernah tercatat dalam sejarah letusan dari gunung tersebut," ujar Farid di kediamanya semalam.
Dikatakan, pada gunung api kategori C ini, kendati tidak tercatat ada letusan, namun tanda-tanda kegiatan gunung tersebut pada masa lampau. Dia mencotnohkan sumber-sumber air panas yang berada di daerah Remboken di Minahasa atau Lahendong, Tomohon. Tapi, sumber air panas tersebut juga bisa terjadi karena di bawah aliran air tersebut dilewati lidah lava.
Sementara bila dihubungkan dengan dengan aktivitas gunung purba yang pernah ada di tanah Minahasa atau disebut Gunung Tondano, Farid memastikan gunung tersebut tidak akan ada letusan lagi. Ini lantaran dapur magma gunung tersebut sudah hancur akibat letusan yang dahsyat berjuta-juta tahun yang lalu. "Menurut teori dalam ilmu vulakanlogi, dapur magma gunung tersebut sudah runtuh karena letusan yang hebat. Namun kalau matinya ikan di Danau Tondano memang ada kemungkinan dari aktivitas gunung yang berada di pinggirannya," ujarnya.
Sebagai informasi, Farid mengungkapkan, di Minahasa terdapat gunung besar. Hal tersebut masih dapat terlihat jika dilihat dari citra satelit. Saking besarnya gunung tersebut, maka Danau Tondano hanyalah bagian terkecil dari kaldera gunung yang tersebut. Bahkan, Gunung Soputan dan Lokon hanya berada di rim atau pinggiran kalderanya.
Namun, Farid menjelaskan ribuan ikan yang mati tersebut bisa terjadi banyak faktor. "Kan bisa saja ada sentimen manusia, masalah pakan dan lainnya. Jadi, ikan yang mati tersebut juga harus diteliti di lab untuk memastikan penyebabnya," imbuhnya.
Ditambahkan, banyak gas yang keluar dari perut bumi yang keluar ke permukaan, termasuk di Danau Tondano. Hanya saja sebagian bisa terurai, tapi ada juga yang tidak. Atau bisa juga karena ada tumpukan sesuatu benda sehingga menimbulkan gas di dalamnya.
Dia mencontohkan, jerami yang ditumpuk, maka lama-lama dari dalam jerami tersebut ada proses kimiawi dan fisika dan pada akhirnya timbul gas. Dia menambahkan untuk pengamatan, memang lebih banyak pada gunung tipe A dan B. Gunung- gunung tersebut dapat terlacak letusannya dan ada yang sangat aktif. Seperti Gunung Lokon yang kerap kali meletus.
Profesor Dr Treesje Londa Msi, Ketua pusat study Lingkungan Universitas Negeri Manado di Tondano (UNIMA) dan Staf ahli Lingkungan Badan Lingkunganb Hidup (BLH) Pemerintah Provinsi Sulut mengatakan, temuan gelembung-gelembung dari dasar Danau Tondano serta bau belerang yang menyengat harus diteliti.
Dikatakan, semua itu perlu diadakan penelitian apakah ada unsur racun yang menyebabkan ikan mati. Karena sebagai seorang ahli lingkungan hidup harus mencari tahu dulu apa penyebabnya bisa saja karena faktor x." Bisa saja masyarakat yang bermukim diseputaran Danau Tondano membuang racun atau lainnya yang mengandung racun," tuturnya.
Menurut Londa yang juga sebagai staf pengajar di Jurusan Fisika Fakultas MIPA Unima Tondano ini, harus juga diteliti kriteria parameter kandungan air di Danau Tondano tersebut apakah mengandung zat-zat kimia yang mematikan."Seperti Zat Anomiat, Nitrat, Fostrat dll," ujarnya.
Terkait munculnya gelembung dan bau belerang yang menyengat di sekitar Danau Tondano tidak bisa dipastikan apakah ada keterkaitannya dengan gunung api Lokon, Soputan, Mahawu, dan Karangetan yang saat ini menunjukan status waspada."Itu semua tetap perlu dikaji dan diteliti apakah ada keterkaitan," kata Londa.(suk/luc/crz)
Usaha Saya hampir Bangkrut. SUASANA di Desa Tolimembet, Kecamatan Kakas, Senin lalu berobah drastis. Sepanjang jalan utama di tepian Danau Tondano tercium bau amis yang menyegat. Disamping jalan, puluhan orang tampak sibuk mengangkat karung plastik berisi ikan kedalam mobil bak terbuka.
Hanya beberapa puluh meter dari batas perkampungan, seorang pria terlihat duduk di tepi danau. Sesekali, pria yang mengenakan kaos lengan panjang berwarna cokelat ini berdiri mengamati puluhan jaring tancap tempat memelihara ikan mas dan mujair. Tanpa peduli rintik hujan yang membasahi tubuhnya, pria ini hanya terus menatap kosong kearah danau.
Maydi Paulus (36), seolah meratapi nasib karena usaha peternakan ikannya merugi. Hanya dalam beberapa jam, hasil jerih payah selama tiga bulan terakhir menguap tanpa sisa. Tanpa terasa, tetesan air mata jatuh kepipinya bersama rintik hujan yang semakin deras.
Pukulan ini sangat dirasakan oleh Maydi. Bagaimana tidak, sekitar 12 ton ikan mujair dan emas usia empat bulan yang sebentar lagi akan dipanen mati mendadak hanya dalam waktu satu malam. Jika diperhitungkan, total kerugian yang dideritanya mencapai lebih dari Rp 25 juta. "Kalau mau jujur, saya merasa ingin mati saja. Usaha saya hampir bangkrut. Semua ikan yang siap dijual mati tak tersisa. Lihat saja ikan-ikan ini. Kalaupun bisa dijual, harganya pasti akan sangat rendah," ujarnya sambi menunjuk tumpukan ikan yang belum dibersihkan.
Sementara itu, tepat dipinggir danau, beberapa kerabat Maydi sedang membersihkan sisik dan isi perut ikan yang telah mati. Saking banyaknya ikan yang dibersihkan, isi perut ikan harus ditampung pada tiga ember berukuran besar. Sambil terus meratapi kemalangannya, Maydi hanya bisa menggantungkan harapan perputaran modal usahanya pada tumpukan ikan yang ada dihadapannya. Ribuan kilogram ikan ini memang masih bisa dijual, namun harga jualnya dipastikan akan turun drastis. Jika dalam keadaan normal, harga jual ikan mujair atau mas adalah Rp 20 ribu per kilogram. Namun saat ini untuk mencapai harga Rp 10 ribu per kilogram sangat sulit.
"Dalam jaring saya masih ada ikan-ikan yang masih kecil. Tapi mungkin akan kesulitan diberi makan. Tidak mungkin saya mengorbankan keluarga saya hanya untuk memberi makan ikan-ikan kecil ini. Keluarga saya juga butuh makan," ujarnya. Fenomena matinya puluhan ribu ikan yang dialami Maydi juga dialami puluhan peternak ikan di Desa Kaweng, Tounelet, Paslaten, dan Tolimembet. Namun dari semua desa itu, hanya peternak ikan di Desa Tolimembet yang merasakan dampak paling besar. Bahkan seorang peternak ikan di desa itu harus merelakan ikan siap panen di 80 jaring tancap habis tak tersisa.
Fenomena tahunan ini awalnya terjadi Minggu (7/11). Saat itu, ribuan ikan di Desa Kaweng mendadak mati. Para peternak di desa tersebut terkejut saat hendak memberi makan pada pagi hari mendapati sebagian besar ikan telah mengapung dipermukaan air.
Keesokan harinya, fenomena ini menyerang peternakan ikan di Desa Tolimembet yang hanya berjarak sekitar tiga kilometer kearah utara dari Desa Kaweng. (lucky kawengian) | |
|