www.jaton.forumotion.com
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
www.jaton.forumotion.com


 
IndeksIndeks  PortalPortal  PencarianPencarian  Latest imagesLatest images  PendaftaranPendaftaran  Login  Dunia  Mualaf  VidioDunia Mualaf Vidio  Jaton SilaturachmiJaton Silaturachmi  

 

 Sampul majalah mirip lukisan perjamuan terakhir

Go down 
PengirimMessage
rosian
rosian
rosian


Jumlah posting : 49
Join date : 22.01.08
Age : 75
Lokasi : Jakarta

Sampul majalah mirip lukisan perjamuan terakhir Empty
PostSubyek: Sampul majalah mirip lukisan perjamuan terakhir   Sampul majalah mirip lukisan perjamuan terakhir EmptyThu Feb 07 2008, 19:24

Sampul majalah mirip lukisan perjamuan terakhir
Tempo Minta Maaf Soal Cover Soeharto


Sampul majalah mirip lukisan perjamuan terakhir Foto01A Sampul majalah mirip lukisan perjamuan terakhir Cover_tempo2b

Cover Majalah Tempo edisi 4-10 Februari mengundang kecaman sejumlah umat Nasrani. Akibatnya, majalah tersebut langsung meminta maaf. Permintaan maaf disampaikan langsung Pemimpin Redaksi Majalah Tempo, Toriq Hadad sebagaimana dilansir tempointeraktif, kemarin (05/02).
Seperti diketahui, dalam edisi no 50/XXXVI/04 - 10 Februari 2008, majalah Tempo memuat laporan khusus mengenai me-ninggalnya mantan Presiden Soeharto. Pada sampul depan dengan judul laporan utama ‘’Setelah Dia Pergi itu’’, digam-barkan Soeharto duduk di sebuah meja dikelilingi anak-anaknya.
Ilustrasi posisi duduk ke-luarga Cendana ini mirip de-ngan lukisan Perjamuan Ter-akhir karya Leonardo da Vinci, yaitu ketika Yesus Kristus du-duk dikelilingi murid-muridnya menjelang penyaliban. Menu-rut Toriq, sama sekali tidak ada niat melecehkan agama dengan ilustrasi tersebut. “Kami mem-buat gambar itu sebagai inter-pretasi atas lukisan Da Vinci, bu-kan mengilustrasikan kejadian di Kitab Suci,” kata Toriq.
Dia menegaskan, sama se-kali tidak bermaksud mele-cehkan atau merendahkan agama mana pun. “Untuk se-gala hal yang tidak berkenan sehubungan dengan pemua-tan sampul tersebut, saya atas nama institusi Tempo meminta maaf,” kata Toriq.
Redaksi majalah Tempo me-nerima berbagai pernyataan keberatan atas pemuatan sam-pul itu. Keberatan dikirimkan melalui email, telepon, mau pun dialog dengan tim redaksi. Delegasi Pemuda Katolik, Per-himpunan Mahasiswa Katolik Indonesia adalah salah satu dari organisasi yang bertemu redaksi majalah Tempo dan menyatakan keberatannya.
Sementara Ketua Forum Komunikasi Alumni Maha-siswa Katolik Republik Indo-nesia, Hermawi Taslim menga-takan, persoalan tersebut akan selesai jika pihak Tempo konsisten terhadap janjinya. “Persoalan ini kami anggap selesai, kalau Tempo meme-nuhi komitmen,” kata Herma-wi. Politisi PKB ini menutur-kan, dalam dialog selama 1 jam, Tempo berkomitmen un-tuk mengklarifikasi dan me-minta maaf dan berjanji un-tuk tidak mengulangi lagi. Hermawi juga mengatakan, pihaknya tidak meminta ganti rugi kepada MBM Tempo.
“Maaf sudah cukup. Tidak ada ganti rugi dan teman-te-man akan ke daerah untuk men-jelaskan duduk persoalannya, agar tidak terjadi gejolak,” ucap Hermawi.(tmp/dtc)

Umat Katolik Protes Tempo

Majalah Tempo kembali tersandung masalah. Kali ini sampul depan (cover) majalah mingguan berita edisi terbaru Nomor 50/XXXVI/04, 10 Februari 2008 -- tentang mantan presiden Soeharto (almarhum) bersama anak-anaknya di meja makan -- itu dinilai telah melecehkan simbol kudus umat kristiani, khususnya Katolik di Indonesia. Gambar sampul majalah berjudul Setelah Dia Pergi tersebut, mirip format lukisan perjamuan terakhir Yesus pada murid-muridnya. Yaitu, The Last Supper, karya Leonardo Da Vinci.

Selasa (5/2) siang, sejumlah perwakilan organisasi Katolik tingkat nasional, mendatangi kantor Tempo di Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat. Mereka menilai lukisan sakral itu telah dianalogikan Tempo dengan keluarga mantan penguasa Orde Baru -- yang di mata masyarakat berlumuran kasus KKN.

Para pengunjuk rasa berasal dari Persatuan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), Forum Komunikasi Alumni PMKRI (Forkoma), Pemuda Katolik, Tim Pembela Kebebasan Beragama, Solidaritas Demokrasi Katolik Indonesia (SDKI), Forum Masyarakat Katolik Indonesia (FMKI), Wanita Katolik RI (WKRI), dan Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA).

''Cover itu sangat menyinggung hati nurani dan keimanan umat Katolik. Karena foto jamuan makan terakhir itu merupakan perlengkapan ibadah kami. Mereka (redaksi Tempo) mengaku keliru dalam mengambil analogi. Sesuatu yang menurut kami justru bertolak belakang dan menimbulkan keresahan,'' kata Ketua Forkoma, Hermawi Taslim.

Umat Katolik meminta klarifikasi dan pernyataan maaf dari penanggung jawab Tempo. Mereka juga ingin memastikan kejadian seperti ini tak akan terulang, bukan hanya untuk umat Katolik, tapi bagi umat beragama lainnya di Indonesia. Dimintanya pula agar edisi majalah itu ditarik dari peredaran.

Persoalan ini akan kami anggap selesai bila Tempo memenuhi komitmennya meminta maaf secara terbuka dan lugas dengan bahasa yang dimengerti oleh masyarakat di pelosok,'' tegas Herwawi, yang juga fungsionaris Partai Kebangkitan Bangsa.

Meminta maaf
Selama hampir dua jam, perwakilan umat Katolik itu berdialog dengan pimpinan Tempo. Mereka diterima oleh Pemimpin Redaksi Toriq Hadad, Redaktur Eksekutif Wahyu Muryadi, Redaktur Senior Fikri Jufri, dan awak redaksi lainnya.

''Kami hanya mengambil inspirasi dari sebuah gambar yang dilukis Leonardo Da Vinci... Perbedaan tafsir ini kami hormati dan saya sebagai pemimpin Majalah Tempo mohon maaf apabila gambar ini dianggap menistakan umat Kristiani,'' ujar Toriq.

Sesuai tuntutan perwakilan umat Katolik, pernyataan maaf Tempo itu akan dikemas dalam berita yang dimuat Koran Tempo hari ini (6/2). Berita serupa sudah dimuat pula dalam Tempo Interaktif. Pekan depan, dalam edisi Majalah Tempo berikutnya, pernyataan maaf itu akan dibuat lagi.

''Dirubrik surat dari redaksi, kami akan mengulangi pernyataan minta maaf dan penjelasan tentang cover itu,'' jelas Toriq. Tak ada tuntutan ganti rugi. Hanya saja, Toriq mengaku sulit bila harus menarik kembali edisi khusus majalah itu yang sudah terlanjur beredar di masyarakat.

Redaksi hanya bisa mengganti sampul depan Majalah Tempo edisi bahasa Inggris yang belum diedarkan. ''Secara teknis tidak mudah untuk melakukan penarikan,'' kilah Toriq.

'Hati-hati terhadap Masalah Sensitif'
JAKARTA -- Partai Damai Sejahtera (PDS) meminta semua pihak, berhati-hati dalam menampilkan masalah sensitif terutama menyangkut nilai sakral agama. PDS pun menuntut klarifikasi gambar keluarga mantan presiden Soeharto pada sampul majalah empo terbaru, yang mirip perjamuan kudus Yesus, The Last Supper, karya Leonardo Da Vinci.

Wakil Ketua Umum PDS, Denny Tewu, mengatakan, jajaran DPP PDS, Senin (4/2) malam, malah menggelar rapat khusus membahas cover Tempo tersebut. `'Kami putuskan meminta penjelasan pihak Tempo, apa motif pemuatan gambar itu? Adakah ingin melecehkan umat kristiani?'' katanya, kepada Republika, kemarin.

Diakui Denny Tewu, gambar tersebut memang tidak sama dengan gambar perjamuan kudus, namun ada kemiripan. Sebagai orang timur, ia meminta seharusnya semua pihak menyadari akan adanya beberapa wilayah sensitif, yang bisa memunculkan ketersinggungan.

''Kebebasan berekspresi semestinya tetap menjaga wilayah-wilayah yang bisa memunculkan ketersinggungan kelompok tertentu. Harusnya kita sadar kita itu orang Timur,'' ujar Denny.

Anggota Komisi VIII DPR, Ahmad Farhan Hamid, menambahkan, persoalan ketersinggungan seperti itu tidak hanya dialami umat Kristen. Ajaran dan simbol kesucian umat Islam juga sering dilecehkan dengan dalih kebebasan pers dan berekspresi.

`'Seharusnya semua pihak berhati-hati bila berkait dengan persoalan sensitif seperti itu. Media massa harus bisa menimbang antara yang baik dan buruk,'' tandas politisi PAN itu.

Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PBNU), Masdar Farid Mas'udi, juga mengatakan, persoalan tersebut berkait dengan wilayah tepo seliro (toleransi). ''Harusnya ada kesadaran masyarakat untuk menjaga hal-hal yang bisa memunculkan ketersinggungan umat beragama,'' katanya. dwo (djo/RioL)


Cover Majalah Tempo edisi 4-10 Februari mengundang kecaman sejumlah umat Nasrani. Akibatnya, majalah tersebut langsung meminta maaf. Permintaan maaf disampaikan langsung Pemimpin Redaksi Majalah Tempo, Toriq Hadad sebagaimana dilansir tempointeraktif, kemarin (05/02).
Seperti diketahui, dalam edisi no 50/XXXVI/04 - 10 Februari 2008, majalah Tempo memuat laporan khusus mengenai me-ninggalnya mantan Presiden Soeharto. Pada sampul depan dengan judul laporan utama ‘’Setelah Dia Pergi itu’’, digam-barkan Soeharto duduk di sebuah meja dikelilingi anak-anaknya.
Ilustrasi posisi duduk ke-luarga Cendana ini mirip de-ngan lukisan Perjamuan Ter-akhir karya Leonardo da Vinci, yaitu ketika Yesus Kristus du-duk dikelilingi murid-muridnya menjelang penyaliban. Menu-rut Toriq, sama sekali tidak ada niat melecehkan agama dengan ilustrasi tersebut. “Kami mem-buat gambar itu sebagai inter-pretasi atas lukisan Da Vinci, bu-kan mengilustrasikan kejadian di Kitab Suci,” kata Toriq.
Dia menegaskan, sama se-kali tidak bermaksud mele-cehkan atau merendahkan agama mana pun. “Untuk se-gala hal yang tidak berkenan sehubungan dengan pemua-tan sampul tersebut, saya atas nama institusi Tempo meminta maaf,” kata Toriq.
Redaksi majalah Tempo me-nerima berbagai pernyataan keberatan atas pemuatan sam-pul itu. Keberatan dikirimkan melalui email, telepon, mau pun dialog dengan tim redaksi. Delegasi Pemuda Katolik, Per-himpunan Mahasiswa Katolik Indonesia adalah salah satu dari organisasi yang bertemu redaksi majalah Tempo dan menyatakan keberatannya.
Sementara Ketua Forum Komunikasi Alumni Maha-siswa Katolik Republik Indo-nesia, Hermawi Taslim menga-takan, persoalan tersebut akan selesai jika pihak Tempo konsisten terhadap janjinya. “Persoalan ini kami anggap selesai, kalau Tempo meme-nuhi komitmen,” kata Herma-wi. Politisi PKB ini menutur-kan, dalam dialog selama 1 jam, Tempo berkomitmen un-tuk mengklarifikasi dan me-minta maaf dan berjanji un-tuk tidak mengulangi lagi. Hermawi juga mengatakan, pihaknya tidak meminta ganti rugi kepada MBM Tempo.
“Maaf sudah cukup. Tidak ada ganti rugi dan teman-te-man akan ke daerah untuk men-jelaskan duduk persoalannya, agar tidak terjadi gejolak,” ucap Hermawi.(tmp/dtc)

Umat Katolik Protes Tempo

Majalah Tempo kembali tersandung masalah. Kali ini sampul depan (cover) majalah mingguan berita edisi terbaru Nomor 50/XXXVI/04, 10 Februari 2008 -- tentang mantan presiden Soeharto (almarhum) bersama anak-anaknya di meja makan -- itu dinilai telah melecehkan simbol kudus umat kristiani, khususnya Katolik di Indonesia. Gambar sampul majalah berjudul Setelah Dia Pergi tersebut, mirip format lukisan perjamuan terakhir Yesus pada murid-muridnya. Yaitu, The Last Supper, karya Leonardo Da Vinci.

Selasa (5/2) siang, sejumlah perwakilan organisasi Katolik tingkat nasional, mendatangi kantor Tempo di Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat. Mereka menilai lukisan sakral itu telah dianalogikan Tempo dengan keluarga mantan penguasa Orde Baru -- yang di mata masyarakat berlumuran kasus KKN.

Para pengunjuk rasa berasal dari Persatuan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), Forum Komunikasi Alumni PMKRI (Forkoma), Pemuda Katolik, Tim Pembela Kebebasan Beragama, Solidaritas Demokrasi Katolik Indonesia (SDKI), Forum Masyarakat Katolik Indonesia (FMKI), Wanita Katolik RI (WKRI), dan Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA).

''Cover itu sangat menyinggung hati nurani dan keimanan umat Katolik. Karena foto jamuan makan terakhir itu merupakan perlengkapan ibadah kami. Mereka (redaksi Tempo) mengaku keliru dalam mengambil analogi. Sesuatu yang menurut kami justru bertolak belakang dan menimbulkan keresahan,'' kata Ketua Forkoma, Hermawi Taslim.

Umat Katolik meminta klarifikasi dan pernyataan maaf dari penanggung jawab Tempo. Mereka juga ingin memastikan kejadian seperti ini tak akan terulang, bukan hanya untuk umat Katolik, tapi bagi umat beragama lainnya di Indonesia. Dimintanya pula agar edisi majalah itu ditarik dari peredaran.

Persoalan ini akan kami anggap selesai bila Tempo memenuhi komitmennya meminta maaf secara terbuka dan lugas dengan bahasa yang dimengerti oleh masyarakat di pelosok,'' tegas Herwawi, yang juga fungsionaris Partai Kebangkitan Bangsa.

Meminta maaf
Selama hampir dua jam, perwakilan umat Katolik itu berdialog dengan pimpinan Tempo. Mereka diterima oleh Pemimpin Redaksi Toriq Hadad, Redaktur Eksekutif Wahyu Muryadi, Redaktur Senior Fikri Jufri, dan awak redaksi lainnya.

''Kami hanya mengambil inspirasi dari sebuah gambar yang dilukis Leonardo Da Vinci... Perbedaan tafsir ini kami hormati dan saya sebagai pemimpin Majalah Tempo mohon maaf apabila gambar ini dianggap menistakan umat Kristiani,'' ujar Toriq.

Sesuai tuntutan perwakilan umat Katolik, pernyataan maaf Tempo itu akan dikemas dalam berita yang dimuat Koran Tempo hari ini (6/2). Berita serupa sudah dimuat pula dalam Tempo Interaktif. Pekan depan, dalam edisi Majalah Tempo berikutnya, pernyataan maaf itu akan dibuat lagi.

''Dirubrik surat dari redaksi, kami akan mengulangi pernyataan minta maaf dan penjelasan tentang cover itu,'' jelas Toriq. Tak ada tuntutan ganti rugi. Hanya saja, Toriq mengaku sulit bila harus menarik kembali edisi khusus majalah itu yang sudah terlanjur beredar di masyarakat.

Redaksi hanya bisa mengganti sampul depan Majalah Tempo edisi bahasa Inggris yang belum diedarkan. ''Secara teknis tidak mudah untuk melakukan penarikan,'' kilah Toriq.

'Hati-hati terhadap Masalah Sensitif'
JAKARTA -- Partai Damai Sejahtera (PDS) meminta semua pihak, berhati-hati dalam menampilkan masalah sensitif terutama menyangkut nilai sakral agama. PDS pun menuntut klarifikasi gambar keluarga mantan presiden Soeharto pada sampul majalah empo terbaru, yang mirip perjamuan kudus Yesus, The Last Supper, karya Leonardo Da Vinci.

Wakil Ketua Umum PDS, Denny Tewu, mengatakan, jajaran DPP PDS, Senin (4/2) malam, malah menggelar rapat khusus membahas cover Tempo tersebut. `'Kami putuskan meminta penjelasan pihak Tempo, apa motif pemuatan gambar itu? Adakah ingin melecehkan umat kristiani?'' katanya, kepada Republika, kemarin.

Diakui Denny Tewu, gambar tersebut memang tidak sama dengan gambar perjamuan kudus, namun ada kemiripan. Sebagai orang timur, ia meminta seharusnya semua pihak menyadari akan adanya beberapa wilayah sensitif, yang bisa memunculkan ketersinggungan.

''Kebebasan berekspresi semestinya tetap menjaga wilayah-wilayah yang bisa memunculkan ketersinggungan kelompok tertentu. Harusnya kita sadar kita itu orang Timur,'' ujar Denny.

Anggota Komisi VIII DPR, Ahmad Farhan Hamid, menambahkan, persoalan ketersinggungan seperti itu tidak hanya dialami umat Kristen. Ajaran dan simbol kesucian umat Islam juga sering dilecehkan dengan dalih kebebasan pers dan berekspresi.

`'Seharusnya semua pihak berhati-hati bila berkait dengan persoalan sensitif seperti itu. Media massa harus bisa menimbang antara yang baik dan buruk,'' tandas politisi PAN itu.

Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PBNU), Masdar Farid Mas'udi, juga mengatakan, persoalan tersebut berkait dengan wilayah tepo seliro (toleransi). ''Harusnya ada kesadaran masyarakat untuk menjaga hal-hal yang bisa memunculkan ketersinggungan umat beragama,'' katanya. dwo (djo/RioL)
Kembali Ke Atas Go down
 
Sampul majalah mirip lukisan perjamuan terakhir
Kembali Ke Atas 
Halaman 1 dari 1

Permissions in this forum:Anda tidak dapat menjawab topik
www.jaton.forumotion.com :: Katagori Berita :: Nasional-
Navigasi: